lanjutan dari part II
Hari-hari indah kulalui bersama dirimu hai pemilik bibir nan merekah. Aku merasa menjadi remaja kembali yang seolah masih malu tuk ungkapkan isi hati atau sekedar menuangkan secara nyata betapa ku menginginkanmu. Bermainlah aku dengan kata-kata kias dan sikap yang bias, agar kau mengerti betapa aku membutuhkanmu. Betapa kuselalu merindukan senyumanmu, yang telah membuat bersemi kembali rasa yang telah lama tak hadir dalam keseharianku. Aku malu, yahhh…………aku malu tuk mengakui aku telah merasa nyaman berada disekitarmu, betapa kutemukan ketenanganku saat melihatmu, saat bercanda denganmu, saat aku bisa menjadi diriku, saat sukmaku tersedot oleh auramu.
Aku Bosan diam
Aku ingin berteriak lantang
Menembus segenap celah dan semua lubang
Merasuk ke ujung gendang telinga semua orang
…………………..
Aku mencintainya
…………………….
Duhai pemilik senyum yang indah, tahukah kamu betapa kamu selalu datang tuk temani anganku bermain dengan semua impianku yang kutahu semua hanya bayangan semu untukku. Duhai pemilik bibir nan merekah, sadarkah kamu betapa kamu selalu hadir tuk sejajarkan langkah asaku berjalan dengan semua khayalanku yang ku mengerti semua hanyalah kehidupan maya yang takkan nyata bagiku.
Hmmmm,……… ku coba menghela nafasku yang memberat seiring kaburnya kemungkinanku untuk dapat mendekati, mencintai dan memiliki semua mimpi indah yang kuingin mewujud dalam keseharianku. Terkadang sering kucoba menatap diri pada cermin pudar sembari berkata, “adakah dari diriku yang dapat membuatmu jatuh cinta padaku duhai pemilik senyuman indah ??? Adakah dari tampilanku di kaca ini yang dapat membuatmu menoleh dan berkata, aku pun menginginkan semua yang ku mau”
Hmmmm, ……. Lagi-lagi kuhanya bisa menarik nafas dalam sambil menahan betapa kuatnya keinginan itu memaksa diriku, melecut semua rinduku, menghantam semua angkuhku tuk mengakui bahwa aku sangat ………. Sangat menginginkanmu.
Memalukan, terkadang aku berpikir bahwa apa yang aku lakukan sangat memalukan. Betapa keras aku untuk memaksa rasa ini juga hadir pada dirimu. Betapa keras aku untuk memaksa rasa ini juga ada pada hidupmu. Dan betapa keras aku memaksa cinta ini juga ada pada hidupmu.
Tadi malam, aku coba mengadu kembali pada rembulan, entah berapa banyak keluh kesah kutitipkan pada setiap bagian dari dewi malam, aku juga tidak mau tahu apa sang bunda malam itu, sudah bosan dengan semua keluh kesahku. Satu-satunya yang aku mengerti, aku harus meledakkan semua uneg-unegku.
Dewi, sekali lagi aku ingin bertanya sama kamu (walau kamu tak pernah memberi jawaban pasti, hanya senyum saja),
masih adakah alasan buat aku untuk tetap bertahan pada keyakinan aku saat ini ???
Masih adakah alasan buat aku untuk tetap fight buat mendapatkan cinta dia......
masih adakah alasan buat aku untuk bertahan pada ketidak pastian ini hai kekasih malam ????
aku sudah merasa tidak kuat lagi, aku sudah goyang seiring dengan ketakyakinan diriku untuk mengiringi langkahnya
kalau dulu aku bisa membangkitkan semangatku dengan mengatakan
"mungkin inilah harga yang mesti aku bayar untuk bersama kamu ",
tetapi sekarang aku cuma ingin bertanya, apa memang semahal ini aku mesti membayar ???
bunda malam, salahkah aku kalau aku sudah mulai menanyakan semua ini ???
apakah naif kalo aku bertanya seperti tadi ???
bunda, tolong aku, jangan hanya tersenyum,
jangan hanya memberi jawaban semu.....
beri satu kepastian buat langkah-langkahku........
bersambung...
6 komentar:
bunda.... I love you...
I'm waiting next sampai ceritanya berjudul :)
mampir lagi sobat..sebenarnya..gak good sih baca cerita bersambung tapi terfikir oleh saya..lho wong kita ini juga kelak akan bersambung di kehidupan lain he he he
dan yang paling penting...semangaaaaat
tetap smangat ya....
alo salam kenal :)
nice story bos :)
btw tukeran link yuk :D
ditunggu kabar baiknya ya :)
lha sambungannya mana nih..
bookmark aja mas disini jadi semua org bisa baca
http://www.tanjung.info
Posting Komentar
sok, coment dulu atu..