rss

Sabtu, April 24, 2010

Cerita tak berjudul (part II)

sambungan dari part I

Ufff ……
Aku lihat kamu lagi
Tepat berjalan dihadapanku kini
Resah atau tepatnya gelisah
Memandang seraut wajah
Yang memang kurindu selama ini


Ufff ……
Dia lihat aku kini
Makin bimbang dan ragu jiwa ini
Rinai hujan buatku terpaku
Untuk balas semua senyumanmu…………

Ufff ……
Begitu tenang dirimu sambut diriku
Begitu lambat kurasa waktu berlalu
Begitu pasti kau hampiriku
Begitu lembut kau sentuh aku


Ufff ……
Ingin kuubah sikapku
Ingin kugelarkan karpet merah untukmu
Ingin kubentangkan ulurku untukmu
Ingin kugamit lembut tanganmu


Ufff ……
Lagi-lagi aku berkhayal
Lagi-lagi aku bermimpi
Lagi-lagi seribu khayal ingin kusampaikan
Lagi-lagi seribu angan ingin kutanyakan


Ufff ......

Entah bagaimana caranya atau siapa yang mengatur semuanya, yang tentunya pastilah dari Yang Maha Pengatur dan Maha Pasti, aku dipertemukan kembali dengan pemilik senyuman itu dalam keadaan yang berbeda. Tidak ada senyuman yang menghiasi bibir merah yang selama ini aku rindukan, aku impikan dan aku cari setelah sekian lama.
Bibir itu terkatup rapat membentuk sudut tarik ke arah bawah bibir, sehingga membuat satu lengkungan kediaman yang beku. Ataukah kewibawaan yang kaku, yang merupakan suatu bentuk kekerasan tanpa menginginkan adanya perlawanan ???
Bibir yang terlatih untuk bisu, yang tiada bisa membuat mentari tersenyum, membuat makhluk menikmati anugrah dari Yang Maha Welas Asih untuk mendapatkan kedamaian pada bentuk mulut yang selalu terkatup rapat. Ataukah suatu bentuk perlindungan diri terhadap sesuatu yang aku pun tak pernah tahu, berlindung dari apakah hai engkau pemilik bibir yang terkatup ???
Aku tidak puas, aku memberontak, aku menjerit menyatakan protes bathinku atas kehilangan senyum dari bibir itu……… Aku cari tahu siapa dan apa serta mengapa kau harus hilangkan suatu rakhmat Allah yang Maha Pemurah. Setiap jejak aku ikuti, setiap berita aku tahui, setiap bau yang ada atau yang tertinggal dari tubuhmu aku endusi hanya agar terjawab rasa yang terlanjur menyesak karena tak terpuaskan atas sukmaku yang menolak kehilangan …………. Senyuman itu.
Duhai wanita pemilik senyum yang mampu menggetarkan sukma, akhirnya aku mengetahui semua tentangmu, namamu, dimana kamu tinggal, apa dan siapa mereka yang ada dan hadir dalam kehidupan kamu, meskipun aku harus berlindung pada topeng kebodohanku yang harus berlagak pilon dan menerima semua dustamu.
Duhai perempuan sang empu dari merekahnya bibir merah, akhirnya aku dapat menemukan dan membentuk sosok kaburmu selama ini yang tak pernah hadir jelas dalam diri ini. Dan bukanlah seberkas bayanganmu yang tak jelas, namun aku dapat mengetahui kamu secara seutuhnya dalam sandiwaraku yang seakan aku memang terlalu gampang kamu tipu dengan semua cerita dayamu.
Duhai mayang jiwa, tahukah mengapa kulakukan semua ini, karena seulas senyum yang lama aku dambakan akan hadir disana, membentang indah menghiasi dunia dan tanah ini dan melebarkan tawa sang surya yang semakin melebar, menambah kilau pada wajah dan…. Bibir yang kurindu selalu untuk dapat memberikan senyuman itu.
Apakah kamu berpikir aku akan percaya dengan bualanmu tentang pernikahanmu, sementara aku sudah mengetahui gagalnya pertunanganmu ???
Apakah kamu berpikir aku akan terlena dengan ceritamu tentang anak-anakmu, sementara aku sudah membuka buku hatimu yang sedang terluka karena kisah asmara paksa ???
Apakah kamu berpikir aku akan terbuai dengan kisahmu tentang dimana kamu menghabiskan hidup dalam keseharianmu, sementara aku sudah jauh masuk dan bergelut dalam pertanyaan tentang akan kamu bawa kemana semua yang kau punya saat ini ???
Dara puspita hati, mungkin wajahku sebodoh tampilan kaca mataku, namun aku akan tetap aku, yang selalu bermain dalam bayangan semu, di dunia yang tiada warna selain kelabu. Dunia yang tidak pernah tampak atau menampakkan diri. Dunia yang selalu dicaci dan dimaki sementara dengan dunia itulah kami pertaruhkan semua demi keutuhan dan tegaknya negara ini. Dunia yang akan membiarkan dirimu menjadi tak bernama, tanpa identitas pasti dalam menjalankan kesehariannya. Akhh … dunia yang mungkin belum pernah terbayangkan secara nyata bagi dirimu, bagi mereka dan bagi banyak manusia di negara ini. Hmmmm……. Aku mengeluhkan ini kepadamu, duhai kamu pemilik senyuman yang membuatku melayang …………
Duhai pemilik senyuman yang mampu membawaku ke nirwana tatar ke tujuh……….. tahukah engkau, aku telah jatuh dalam buaian dongeng cinta yang selama ini aku pungkiri ???????……………..

bersambung ke part III

Artikel Terkait



1 komentar:

Rinda on 28 April 2010 pukul 11.33 mengatakan...

wawww panjangnya cerita ini,,ditunggu lanjutannya y ^^


Posting Komentar

sok, coment dulu atu..

blog "GUE" on Facebook
 

Komentar Pengunjung

sobat blogger's